Rabu, 09 September 2009

Ketika Hati Retak


Perceraian pada sejumlah selebritis masih kerap terjadi. Belum lama ini khalayak dikejutkan lagi kasus perceraian yang melanda mahligai rumah tangga Krisdayanti dan Anang Hermansyah.

Tak dinyana memang, bahtera rumah tangga yang telah dibangun lebih dari 12 tahun ini pupus sudah dan tidak dapat diselamatkan kembali. Banyak pihak yang menyayangkan perceraian pasangan Kridayanti dan Anang ini yang sejatinya kerap disebut-sebut sebagai pasangan yang selalu romantis. Ibunda Krisdayanti dikabarkan media, menangis atas keputusan yang diambil anak perempuannya itu.
Fenomena tentang maraknya perceraian ini membuat aku merenung. Ada apa sebenarnya dengan psikologi orang-orang yang harusnya bagi aku sudah matang dan sudah dewasa. Apa yang sebenarya mereka cari. Jujur sejujur-jujurnya, aku sempat terhenyak dengan perceraian Kridayanti dan Anang. Aku sebenarnya tidak begitu mempedulikan, tetapi pasangan KD dan Anang ini memamng dalam benak aku adalah pasangan hidup yang bisa aku jadikan contoh. Kembali ke masa silam, aku melihat mereka adalah keluarga yang sudah lebih dari keluarga berkecukupan. Penghasilan, jelas ada, dua orang anak sudah pula dikarunia, anak cowok dan cewek, pas banget dengan slogan KB yang ada selama ini. Material tentunya sudah lebih dari cukup, lalu why! Kenapa mereka bercerai???
Mungkin aku terlalu rese banget memikirkan perceraian mereka. Tetapi sekali lagi aku sudah katakan bahwa mereka dulunya adalah pasangan menjadi tauladanku. Anang dalam penglihatanku sanagt mencintai seorang KD, pun sebaliknya KD sangat mencintai seorang Anang. Bagi aku sangat bersyukur sekali, ada seorang pria yang mencintai kita, mencintai setulusnya. Oh Tuhan apa sebenarnya yang sedang terjadi pada mereka???
Sejenak ketakutan menyeruak dalam hatiku, jika aku yang kemudian dihadapkan pada perceraian. Oh Tuhan... aku jelas-jelas tidak ingin menorehkan lumpur hitam perceraian dalam rekam jejak hidup aku. Tidak ingin, betul-betul tidak ingin Tuhan. Aku begitu ketakutan, sangat ketakutan karena bagi aku perceraian adalah sebuah jalan yang betul-betul aku hindari.
Perceraian akan membuat semuanya dirugikan, anak terutama, ia akan kehilangan keutuhan keluarga yang seharusnya menjadi tempat paling aman buat mereka. Sanak saudara yang juga akan menanggung kesedihan karena tali kasih persaudaraan yang telah diikatkan putus. Dan yang pasti aku percayai, perceraian adalah jalan yang dibenci Allah SWT.
Apakah seorang Krisdayanti telah merasakan luka batin yang amat sangat sebagaimana dirasakan para istri yang terkoyak hatinya atas perlakuan suaminya sendiri. Begitu banyak kasus-kasus yang diberitakan di media yang membuat aku merinding. Ketika seorang suami menyiram bensin ditubuh istrinya sendiri, ketika seorang suami membakar hidup-hidup istrinya sediri yang dicintai, ketika pukulan, hantaman, hinaan, caci maki didaratkan pada istrinya sendiri. Aku ikut merasakan pasti begitu sakitnya hati seorang istri. Mereka yang menjadi kaum hawa, mereka yang diciptakan dari tulang rusuk Adam untuk menemani hidup sang Adam tetapi perlakuan yang didapatkan sangat membuat pedih.
Akankah kemudian mereka akan bercerai, dan mengatakan “Cukup sudah! Aku tidak bahagia hidup denganmu, hati ini terlalu pedih, luka yang sudah bernanah !”. Akhirnya mereka harus memisahkan diri. Oh Tuhan. Aku takut Tuhan, aku takut jika hati ini luka, aku takut jika hati ini retak dan tiga kata terucap dari bibir mungilku, “Ceraikan aku Mas.”

Kamis, 27 Agustus 2009

Jualan Pulau



“Pulau.. pulau... pulau... pulau! Pulaunya Mas.. Pulaunya Bu.. di jual murah meriah lho...,” teriak seorang gadis berpakaian lusuh.
Aku yang sedang konsentrasi ngupil di depan rumah kaget juga. Upilku yang mau dapat sampai terlepas lagi dan segera beranjak ke depan rumah.
“Dik, kamu jual pulau?” tanyaku padanya hampir setengah menjerit karena dia jalannya tampak terburu-buru.
“Ia mbak, mbak mau beli?” tanyanya dengan menyeringai, memamerkan baris-baris giginya yang putih kekuning-kuningan.
“Iya, kamu jual kue pulau atau pulau beneran atau apa? Kalau jual pula beneran masa bisa?” tanyaku sambil mengerutkan dahi, lupa kalau upilku masih bertengger di hidungku yang mancung.

“Ya pulau beneran lah.. ne aku bawa brosurnya, mbak mau gak? Murah lho mbak gak sampai milyaran. Sumpah deh! Mau dulu gak? Ntar kalau mau aku lihatin brosurnya,” terangnya dengan nada riang.
“Eh aku tanya dulu, kamu kenapa bisa jualan pulau? Mang pulau itu milikmu? Kamu masih kecil kok bisa jualan pulau? “ heranku justru makin kuat dan kali ini aku ingat kalau upilku harus segera diambil, dengan cueknya aku tanya dia sambil telunjukku mengorek-ngorek lubang hidungku.
“Mbak ini mau beli apa mau introgasi aku tho?” jawabnya ketus.
“Ya dua-duanya,”tungkas aku.
“Ya dah gini lho mbak aku memang punya banyak pulau, aku menemukannya saat aku keliling dunia ini mbak. Ada banyak banget pulau yang aku temukan. Aku sudah daftar dan aku beri nama satu persatu. Unik-unik mbak namanya. Pasti mbak akan suka kalau melihatnya. Ada pulau yang bunganya, ada juga pulau yang banyak buah-buahnya. Eh tapi mbak ada syarat khususnya kalau mau beli pulauku.” Terangnya dengan cerewet.
“Apa?” sahutku cepat.
“Mbak harus mau aku nina bobokin dulu dengan dongeng-dongeng tentang pulauku. Nah ntar kita ketemu dalam alam mimpi, nanti kita transaksi di sana aja mbak. Karena mbak akan langsung aku tunjukin pulau-pulaunya satu persatu. Kita akan keliling dulu mbak. OK ya !” ajaknya sangat ceria.
“Hah”, seruku dan seketika itu juga upilku berhasil aku dapatkan.

Minggu, 23 Agustus 2009

Jiwa Pohon


Andai sebuah pohon dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan. Betapa sakitnya ketika dirinya ditebang. Betapa sakitnya ketika ia dibunuh.. dan dihempaskan...

Menyiksa banget kali ya... Coba saja bayangkan jika pohon tak memberikan oksigennya pada manusi. Emang manusia bisa hidup?? Cobalah berpikir dan merenung...

Andaikan pohon juga manusia, ia punya keluarga... ketika salah satu dari mereka ditebang apa yang kemudian di rasakan?? Sedih bukan...

Yuk kita sama-sama memberi tempat buat keluarga pohon hidup... kita saling membantu bukan??

Rabu, 19 Agustus 2009

Klik


Halaman itu tak begitu luas, namun puluhan orang-orang memenuhinya. Ya hari ini menjelang tengah siang, tersebar orang-orang yang mengenakan toga. Ah sekiranya mereka adalah orang-orang yang berbahagia karena hari ini mereka telah menunaikan tugas akademiknya. Gembira bukan?! Dan aku hanya bisa melihat dengan tatapan yang jauh.

Aku melihat di bawah sudut menara air itu, serombongan keluarga yang sedang mengabadikan diri lewat kamera digital. Ada kakek, ada nenek, ada ayah, ada ibu, ada adik, ada teman spesial. Sungguh membahagiakan, mereka berpose, klik..klik...klik dan langsung peristiwa itu akan terabadikan dalam sebuah foto bergambar.

Aku melihat mereka, aku mendengar tawa bahagia mereka, aku merasakan rasa haru orangtua mereka. Dan akupun ikut tersenyum.. bahagia..

Selasa, 18 Agustus 2009

Pengorbanan

Baru beberapa hari ini, bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya yang katanya ke 64. Tetapi menurutku seh belum merdeka, karena penjajah kita sudah berubah bentuk. Kalau kita tidak pintar-pintar banget, kita tidak tahu jangan-jangan di sebelah kita juga adalah penjajah itu sendiri.
Aku tidak mau ngomongin tentang kemerdekaan, itu hanya pembuka saja karena tidak etis lah, ini kan sedang bulan Agustus yang semestinya kita mengheningkan cipta kembali untuk memperingati jasa pengorbanan dari para pahlawan. Nah itu tadi aku mau bilang tentang pengorbanan. Yap pengalaman semalam membuatku tersadar tentang arti pengorbanan
Aku mengerti setiap orang entah sekali atau berkali-kali pernah bertegur sapa dengan pengorbanan. Langsung tidak langsung tentunya.
Termenung dalam diriku, bahwa setiap manusia yang menjalankan kehidupan ini memang hebat! Berbekal nafsu dan otak, masing-masing pada diri mereka bisa memutuskan apa yang harus dilakukan, tak terkecuali untuk berkorban.
Aku, dia, ia, kamu, mereka adalah masing-masing orang yang tentunya akan berjumpa dengan pengorbanan. Mari kita gandeng bersama-sama, kita lapangkan dada kita untuk menghayati lebih dalam tentang arti pengorbanan.

Senin, 17 Agustus 2009

3 Malam

tiga malam aku menghitung waktu, tik..tik..tik dentang bunyi jam mejaku.
Duh waktu kok terasa lambat berjalan. aku tidur gelisah, aku bangun entah mau mengerjakan apa, aku pun tak tahu.
Pikiranku hanya tertuju pada diri aku sendiri, ah andai aku punya sayap lebih banyak, andai aku punya tangan lebih banyak... eh apa tidak mengerikan ya??
yang pasti tiga malam ini aku berjuang untuk menjernihkan pikiran yang agak mbundhet.
Yap yap yap... aku berpikir bahwa semua manusia unik sekali lagi UNIK. (aku punya teman namanya unik juga...hehehe)